Long Story Short 12 : Irama di Auditorium Gedung 9 FIB UI

Dhimas Risky A
4 min readOct 8, 2021

--

Langkahku terhenti di depan sebuah pintu besar Auditorium. Suara musik dan alunan vokal yang merdu membuatku penasaran akan hal tersebut. Aku mulai membuka pintu besar itu perlahan. Suara musik makin terdengar lebih jelas, ditambah banyaknya suara orang yang mengobrol menjadikan suasana di situ sangat ramai. Lampu sorot warna-warni saling bergantian menyilaukan mataku. Ruangan tersebut sangat besar, kira-kira sekitar tiga kali lapangan tenis. Tepat di atasku terdapat ruangan kecil yang digunakan untuk mengatur segala hal di auditorium yang luas ini. Banyaknya manusia yang berada di dalam ruangan ini membuat ruangan ini terasa sesak, namun hal itu terhindarkan karena masih ada ruang yang sangat lebar di atas kepala mereka.

Tepat di langit-langit ruangan terdapat banyak sekring lampu yang sudah tidak memiliki lampu di dalamnya. Langit-langit yang mempunyai tinggi sekitar sepuluh meter dari lantai, terdapat plafon yang terlihat sudah tua. Beberapa memiliki noda jamur yang sepertinya diakibatkan dari bocoran air hujan. Di sudut-sudut atas plafon juga terdapat banyak sarang laba-laba yang sepertinya sudah lama tidak dibersihkan.

Sesaat pandanganku langsung tertuju ke area depan, di panggung yang luas dan megah itu terdapat banyak sekali aktivitas yang sepertinya sangat sibuk. Beberapa orang berada di atas panggung dengan dipenuhi alat musik dan juga kabel yang berserakan. Mereka terlihat samar, bahkan hampir tidak terlihat olehku karena keberadaanku yang sangat jauh. Terdengar suara orang menyeret sebuah speaker besar dan juga beberapa irama alat musik lain yang mendukung seperti gitar, bass, piano, dan drum saling bersinergi. Ketika aku melihat seorang memegang mic dan mulai bernyanyi, kini aku mengetahui dari mana suara yang merdu itu berasal. Tampaknya dinding auditorium ini tidak bisa menahan suara yang terlalu kencang dari dalam.

Kualihkan pandanganku menuju beberapa mahasiswa yang sedang duduk santai tanpa kursi di tengah ruangan. Beberapa mahasiswa berkumpul dengan temannya, mereka berbincang dan memakan makanan yang mereka bawa dari kantin karena makanan tersebut tidak asing bagiku. Bau makanan yang sedikit menyengat hidungku pun membuat diriku sedikit merasakan lapar. Beberapa dari mereka sepertinya memang sudah selesai kelas dan membawa barang-barang mereka untuk menuju ke auditorium ini. Para mahasiswa tersebut duduk dengan nyaman di atas karpet abu-abu yang memanjang di lantai yang berbentuk bertingkat seperti tribune pada lapangan sepakbola.

Lukisan-lukisan indah yang sepertinya merupakan hasil karya mahasiswa pada sebuah lomba pun digantung di dinding sebelah kiri auditorium ini. Lukisan-lukisan tersebut hanya diterangi beberapa lampu untuk memperlihatkan lukisan tersebut agar dilihat oleh orang. Beberapa mahasiswa yang tertarik, berdiri menghadap lukisan tersebut dan menatapnya dalam seolah mereka berada di galeri seni yang memajang beberapa lukisan hebat. Di bagian atas dinding terdapat beberapa kaca bening yang tampak kotor karena susah untuk membersihkan kaca setinggi itu. Terlihat samar-samar keadaan di luar sedang mendung dan turun hujan.

Tiba-tiba mataku tertuju pada dinding latar belakang panggung yang berhadapan langsung dengan posisi penonton, terlihat seperti terbentang kain hitam yang besar. Di kain besar tersebut terdapat balon-balon huruf warna emas yang bertuliskan “OLIMBUD 2019” terpampang secara jelas dari arahku melihat. Di depannya tepat di atas panggung tersebut terdapat banyak sekali sound system untuk pendukung suara alat musik agar terdengar lebih keras dan bagus. Satu set drum warna hitam dengan logo merek yang sangat besar, juga terdapat dua buah keyboard yang berukuran mini namun tampaknya serbaguna. Pemain gitar yang sedang memetik gitarnya membuatku merinding karena ia memainkan gitar warna merahnya tersebut dengan bagus. Sepertinya mereka sedang mempersiapkan untuk pertunjukan nanti.

Salah satu set alat DJ di panggung mencuri perhatianku. Hanya musik bergenre EDM saja yang menggunakan alat tersebut. Alat yang tidak murah dan jarang digunakan untuk acara seperti ini sekarang terlihat dengan jelas di hadapanku. Beberapa lampu panggung yang menyala memperlihatkan wajah dari beberapa pemain musik yang berada di atas panggung. Tepat di samping panggung terdapat seseorang berbaju warna hitam sedang memegang kertas dan juga HT, tampak seperti seseorang yang mengatur acara ini.

Sisa ruangan yang tampak kosong pada bagian kanan hanya diisi ornamen-ornamen tema dari acara ini. Beberapa dari ornamen tersebut terlihat digantung dengan tali dan ditempel di dinding. Terdapat juga beberapa lampu yang berkedip untuk memperindah suasana tempat tersebut agar tidak sepi. Tepat di bagian belakang pada sisi kananlah, para mahasiswa keluar masuk toilet karena AC ruangan yang cukup dingin membuat mereka merasakan ingin buang air.

Suara yang merdu tadi makin terdengar. Kufokuskan pandanganku tepat ke arah tengah panggung. Baru kali ini aku melihat seorang mahasiswa yang berpenampilan biasa menyanyikan lagu balad yang sangat indah. Aku mulai melangkahkan kakiku untuk lebih melihat jelas mahasiswa tersebut. Aku berjalan ke tengah untuk mencari posisi yang tepat, seketika aku duduk di atas karpet dan menikmatinya bernyanyi.

--

--

Dhimas Risky A
Dhimas Risky A

Written by Dhimas Risky A

This is how i gonna share my experiences and something important in my life.

No responses yet